Lanjutan Kampaye Menulis,,,,,,,,Oleh Mahasiswa STISIPOL Dharma Wacana Metro ( tidak mau disebutkan namanya )
Lho, katanya pada postingan Kemaren, judul postingan selanjutnya adalah
menulis semudah menumpahkan air, kok sekarang judulnya Kembali ke Fitrah
Manusia, wah tidak konsekuen.
Hehehe, tenang, setelah saya
pikir-pikir saya berkesimpulan ini dulu yang harus saya tulis. Untuk judul atau
tulisan Menulis Semudah Menumpahkan Air, tetap akan saya posting setelah
tulisan ini. Tapi, narsis ndak ya judul tersebut, Kembali ke Fitrah Manusia?
Kayak judul ceramaah agama ya. Tapi ndak papa lah. Namanya juga manusia pasti
pinginnya juga kembali ke fitrahnya.
Begini, menulis merupakan
keterampilan yang membutuhkan kerja otak. Sebagaimana diketahui bahwa otak
terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kanan bersifat
spontan, penuh kebebasan dan tanpa aturan. Sedangkan otak kiri bersifat
sistemtais, runtut, penuh pertimbangan dan njlimet.
Secara fitrah, setiap manusia
akan menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, dalam hal apapun. Mari kita
renungkan diri kita. Ketika ada teman Anda yang tulisannya banyak dimuat dalam
sebuah buku, atau ebook online, pasti hati Anda juga pingin kan? Pingin agar
tulisan Anda juga dimuat dalam buku yang diterbitkan. Terkadang keinginan itu
begitu kuat mendesak. Nah, pada tataran ini sebenarnya yang bekerja adalah otak
kanan kita. Tapi kemudian dalam beberapa detik kemudian hati kita terus
bertanya, mana mungkin, apa bisa, ah… sulit nampaknya, saya kan baru belajar
menullis, tentu sangat sulit ….dst. Nah, pada tataran ini otak kiri kita yang
bekerja. Sehingga kemudian kita hanya berhenti di sini.
Gambaran lain, coba bayangkan ketika
Anda melihat barang yang bagus di sebuah mall tentu hati Anda ingin segera
memiliki barang tersebut saat itu juga, saat Anda melihat barang tersebut. Tapi
kemudian otak kiri Anda akan bekerja, mungkin karena kebutuhan anda saat itu
banyak, kondisi keuangan belum memungkinkan, ada barang lain yang harus
diprioritaskan dan sebagainya. Akibatnya, Anda tidak jadi membeli barang
tersebut.
Demikian juga dalam menulis. Pada dasarnya menulis merupakan pembagian tugas antara otak kanan dan otak kiri (meminjam kalimat Jonru, pemilik SMUO, Sekolah Menulis Online).
Mari kita telusuri otak kita dalam menulis.
Demikian juga dalam menulis. Pada dasarnya menulis merupakan pembagian tugas antara otak kanan dan otak kiri (meminjam kalimat Jonru, pemilik SMUO, Sekolah Menulis Online).
Mari kita telusuri otak kita dalam menulis.
Bagi pemula (seperti saya,
karena belum ada karya saya yang diterbitkan, kalau ada pasti bersama dengan
penulis lain), saat jari sudah di atas keyboard dan mulai memejet tombol-tombol
huruf , sering terjadi kemacetan. Kemacetan itu bisa disebabkan karena
bisikan-bisikan dalam diri kita. Seperti, ah kok jelek sekali ya, jangan-jangan
nanti ndak dibaca orang, tema ini jangan-jangan sudah banyak yang nulis, ah males,
sulit, dari awal saja sudah begini, nampaknya saya ndak bakat deh menulis.
Bisikan-bisikan itu sering menyebabkan kita kemudian menutup komputer dan
meninggalkan aktivitas menulis yang baru akan kita mulai. Dengan kata lain,
banyak pemula yang lebih banyak mendahulukan otak kirinya dalam menulis dan
menelantarkan otak kanannya. Akibatnya ia tidak jadi menulis karena banyak
pertimbangan-pertimbangan yang memenuhi otak kirinya dan tragisnya akan
menanamkan sikap takut untuk menulis.
Karenanya, bagi pemula terapkan
kerja otak kanan dulu baru kemudian otak kiri. Mulailah menulis apapun yang
Anda ingin tulis dan apapun yang melintas di pikiran saat menulis. Bahkan
kemacetan saat menulis pun, bisa langsung Anda tuliskan. Pokoknya tulis dan
tulis. Jangan pernah berhenti sebelum Anda memang benar-benar ingin berhenti,
artinya jangan berhenti menulis kalau hanya karena pikiran anda tiba-tiba blank
untuk melanjutkan tulisan. Tapi tetaplah menulis. Lho apa yang harus ditulis?
Ya, apa yang melintas saat pikiran kita blank itu.
Nah ketika otak kanan kita sudah
selesai bekerja (menulis spontan, menulis apa saja yang akan kita tulis) baru
kemudian pada saat yang lain kita baca-baca ulang tulisan kita dan mulailah
kita menggunakan otak kiri kita. Ngecek bahasanya, keruntutan kalimat dan
paragraf, mencarikan hal-hal yang harus dilengkapi dan sebagainya.
Pada tahapan ini sebenarnya kita
sudah melakukan dua hal, yaitu membuat draft (kerja otak kanan) dan kemudian
mengedit atau menyunting naskah hasil kerja otak kanan (pada tahapan ini otak
kiri yang kita fungsikan)
Jika ini selalu dan selalu kita
lakukan, suatu saat nanti pola pikir kita dalam menulis pasti akan terbentuk,
sehingga kita bisa langsung menulis dengan mengoptimalkan langsung otak kiri
kita.
Lho, kok tulisan ini nggak nyambung dengan judulnya ya? Ah, apa iya? Kalau iya gak papalah… pokoknya nulis dan nulis. Kalau ndak nyambung dengan judulnya ya nanti dicarikan kabelnya biar bisa nyambung. Tapi yang jelas bagi pemula, saat mau menulis, gunakan otak kanan dulu… baru ikuti dengan otak kiri atau kembalilah kepada fitrah manusia (hixhixhixhix….terakhir nyambung, kan… dah dicarikan kabelnya)
Lho, kok tulisan ini nggak nyambung dengan judulnya ya? Ah, apa iya? Kalau iya gak papalah… pokoknya nulis dan nulis. Kalau ndak nyambung dengan judulnya ya nanti dicarikan kabelnya biar bisa nyambung. Tapi yang jelas bagi pemula, saat mau menulis, gunakan otak kanan dulu… baru ikuti dengan otak kiri atau kembalilah kepada fitrah manusia (hixhixhixhix….terakhir nyambung, kan… dah dicarikan kabelnya)
sumber: http://taufikibrahim.wordpress.com/info/buat-guru/tips-menulis-artikel/