Berprestasi
Penumbuhan
semangat berprestasi sekaligus berkontribusi untuk kebanggaan dan kejayaan
almamater
bermula dari adanya persepsi positif dari setiap mahasiswa terhadap apapun yang
berhubungan
dengan almamaternya (fasilitas, lingkungan, senior, aktifitas akademik, dll).
Persepsi positif
dibentuk dari informasi (dosen, senior, pegawai, teman) dan lingkungan
(kegiatan
belajar mengajar, praktikum, organisasi mahasiswa, dll) yang mendukung
penumbuhan
persepsi positif tersebut. Informasi dan lingkungan yang ada di kampus, agar
mendukung
terbentuknya perpsepti positif, harus dikondisikan sedemikian rupa agar
beriklim
atau
ber-atmosfer positif (juga). Hal ini dapat dikondisikan oleh para senior dan
pengurus
organisasi yang ada di kampus melalui berbagai aktivitas kegiatan yang mereka
lakukan,
terutama pada setiap acara dengan fungsi kaderisasi.
Persepsi positif
tersebut misalnya meliputi ilmu dan wawasan apa yang akan didapat dari
almamaternya,
bagaimana prospek setelah lulus, keahlian dan ketrampilan apa yang bisa
didapatkan. Dan
hal positif lainnya yang dapat diperoleh setelah mahasiswa masuk dalam
lingkungan
kampus. Persepsi positif terhadap almamater sangat penting dalam menentukan
seorang
mahasiswa ingin berprestasi dan juga berkontribusi untuk almamaternya. Budaya
dan
amosfer ini lah
yang dapat ditumbuhkan oleh organisasi mahasiswa kepada mahasiswanya
agar persepsi
positif dan kebanggaran almamater tumbuh dan bersemi dalam diri setiap
mahasiswa,
sehingga membantu mahasiswa untuk beprestasi sekaligus berkontribusi kepada
almamater dan
bangsa.
Kekuatan atau
kompetensi dari suatu organisasi akan lebih ditentukan oleh intangible
assetberupa sumber
daya manusia yang berkemampuan serta organisasi pembelajar untuk
dapat bersaing
pada masa yang akan datang.
Apa yang
Mempengaruhi Mahasiswa Berprestasi?
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi
yang optimal,
yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan
rumah. Salah satu
faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai
prestasi optimal
yaitu self-regulation (SR). Usaha individu untuk mencapai tujuan belajar
dengan
mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, emosi dan perilaku disebut self-regulated
learning (SRL). SRL bukan
merupakan kemampuan mental (inteligensi) atau keterampilan
akademik seperti
kecakapan membaca, tetapi suatu proses pengarahan diri yang melibatkan
transformasi
dari kemampuan mental menuju keterampilan akademik individu.
Seperti apa yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mahasiswa dapat berprestasi atau kah
tidak akan
ditentukan oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal adalah faktor
yang
berasal dari
dalam dirinya sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah yang berasal dari luar
dirinya. Faktor
internal, menurut banyak ahli merupakan penentu dari kesuksesan seorang
mahasiswa
mencapai prestasi optimal. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi pencapaian
mahasiswa, namun
hanya sebatas mempengaruhi tidak menentukan. Faktor internal yang
dimaksud adalah
contohnya motivasi, semangat, dorongan dari dalam diri untuk berprestasi.
Kesadaran untuk
berprestasi diatas rata-rata yang nantinya akan memunculkan motivasi,
semangat, dan
dorongan didalam dirinya. Motivasi tersebut hanya akan mencapai sasaran jika
mahasiswa
menemukan cara bagaimana mencapai targetnya. Oleh karena itu, pemahaman
tentang
bagaimana mencapai target atau prestasi yang diinginkan harus dipunyai setiap
mahasiswa.
Pemahaman tentang diri sendiri, pemahaman tentang manajemen diri,
manajemen waktu,
dan penentuan prioritas dan juga life mapping sangat perlu dikuasai oleh
setiap mahasiswa
agar mereka tahu cara dan jalan mencapai prestasi yang mereka inginkan.
Seperti juga
yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya, bahwa kemampuan dalam
mengatur dirinya
(self-regulated), terutama bagi mahasiswa yang dianggap telah mandiri
dan
dewasa,
merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung pencapaian target prestasi
mereka.
Selain faktor
internal, faktor eskternal berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa untuk
berprestasi,
diantaranya adalah lingkungan, baik lingkungan kampus, lingkungan pergaulan,
maupun keluarga.
Lingkungan kampus, berupa amosfer akademik yang tinggi, iklim belajar
dan beprestasi
yang tinggi, yang dibangun oleh setiap elemen yang ada di kampus akan
sangat
menentukan seberapa besarkah motivasi beprestasi pada setiap individu
mahasiswanya.
Jika amosfer, iklim, dan budaya prestatif telah ada di lingkungan
kampus,
setiap mahasiswa
yang baru masuk kedalam kampus tersebut, sudah dapat dipastikan mereka
akan langsung
termotivasi untuk juga berprestasi seperti mahasiswa kebanyakan dikampus
tersebut.
Pergaulan atau pertemanan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bertingakah
laku, berpikir,
dan berucap. Banyak orang mengatakan “jika kamu ingin menjadi dokter maka
bergaulan dengan
dokter, jika kamu ingin menjadi guru bergaullah dengan guru, dan jika
kamu ingin
menjadi orang sukses maka bergaullah dengan orang-orang sukses”. Dengan
siapa kita
bergaul, dengan siapa kita berteman, pasti akan mempengaruhi pola pikir dan
tindak tanduk
kita. Jika mahasiswa dapat berteman dengan mahasiswa lain yang mempunyai
berorientasi
prestasi, dapat dipastikan bahwa mahasiswa tersebut akan ikut terpengaruh,
minimal ingin
beprestasi seperti teman-temannya atau bahkan melebihi teman-temannya itu.
Mahasiswa
tersebut akan termotivasi melihat teman-temannya yang lain. Cara pandang,
sikap, dan
karakter prestatif dalam diri mahasiswa pun akan terbangun karena lingkungan
pertemanan atau
pergaulannya mendukung hal tersebut tercapai.
Prestasi Berawal
dari Organisasi
Lingkungan
pergaulan yang berorientasi prestasi tersebut, berdasarkan banyak pengalaman,
lahir dari dunia
organisasi mahasiswa. Mereka yang beprestasilah yang kebanyakan lahir dari
rahim organisasi
mahasiswa, apapun organisasinya. Berorganisasi artinya selain dapat
menumbuhkan
kemampuan soft-skill dan life-skill, tapi juga mengundang kesempatan untuk
berpretasi.
Fakta membutkitkan, mahasiswa yang banyak mendapatkan prestasi, seperti
lomba karya
tulis, penelitian, business plan, debat, prestasi dibidang kesenian dan
budaya,
olahraga, dan
bahkan terpilih menjadi delegasi di acara internasional adalah mereka yang
aktif di
organisasi mahasiswa. Bahkan ajang pemilihan mahasiswa beprestasi yang setiap
tahunnya
diadakan adalah salah satunya ditentukan oleh keaktifannya di organisasi.
Organisasi
mahasiswa dapat menjadi sarana yang sangat efektif dalam membantu seorang
mahasiswa
menemukan kesadaran kemudian dorongan dan motivasi untuk berprestasi karena
ia berada pada
lingkungan pergaulan yang mendukung seorang mahasiswa mencapai
prestasinya.
Apapun bidang dan jenis prestasinya.
Mahasiswa yang
aktif di organisasi mahasiswa umumnya akan lebih cepat mehami dirinya
sendiri,
menemukan jati diri dan prinsip hidupnya, sehingga mereka dapat mengatur diri
dan
waktu dengan
baik untuk mencapai target-target mereka. Fakta telah membuktikan hal
tersebut.
Berorganisasi cenderung akan melahirkan pemahaman diri, jati diri, prinsip
hidup,
karakter,
kepercayaan diri dan skill. Ada potongan kalimat dari seorang aktivis mahasiswa
yang mengatakan
bahwa: “Berorganisasi memunculkan teman. Berteman melahirkan
pergaulan.
Pergaulan membawa pada dinamika. Dan dinamika membawa kepada
kematangan hidup
sebagai seorang pembelajar”.
Maka, motivasi
berprestasi lahir dari keaktifan kita berorganisasi. Berorganisasi membuka
peluang untuk
beprestasi.
Organisasi
mahasiswa berperan besar dalam membangun budaya dan amosfer prestatif
didalam kampus
melalui kebijakan dan program kerja yang dilakukannya. Kebijakana dan
program kerja
yang dibuat oleh organisasi mahasiswa seyogyanya semuanya berorientasi
prestatif.
Selain itu, organisasi mahasiswa mempunyai peran dalam proses pendidikan dan
kaderisasi
mahasiswa, sehingga secara langsung sebenarnya organisasi mahasiswa
mempunyai
tanggung jawab dalam mendidik mahasiswa yang ada dikampusnya. Organisasi
harus menjadi
wadah pembelajaran sekaligus wada pendidikan, atau knowledge resource bagi
setiap mahasiswa
yang ada didalam organisasi tersebut maupun kepada mahasiswa lain
secara luas.
Organisasi maasiswa harus mengajarkan berbagai skill kepada mahasiswanya
berdasarkan
peran dan fungsi organisasi tersebut. Ada empat sendi pengembangan skill dan
knowledge
mahasiswa yaitu melalui organisasi mahasiswa, yaitu 1) akademik oleh HMJ
(himpunan
mahasiswa jurusan), 2) sosial politik oleh BEM dan SENAT/DPM, 3) minat
bakat oleh UKM
(unit kegiatan mahasiswa), dan 4) keagamaan/spiritual oleh lembaga
mahasiswa
berbasis agama. Keempat sendi aktivitas mahasiswa tersebut harus berjalan
secara
sinergis dan
terintegrasi dalam satu kesatuan yang harmonis sehingga
pengembangan softskill
mahasiswa di perguruan tinggi dapat dicapai dengan sempurna atau
COMPLETE.
Organisasi
mahasiswa harus menjadi penanam nilai/value positif kepada mahasiswa
melalui
kegiatan dan
aktifitas yang dilakukan. Organisasi mahasiswa adalah wadah yang sangat tepat
untuk mendidik
mahasiswa menjadi mahasiswa ideal yang sesungguhnya, dan sebagai tempat
yang tepat untuk
belajar tentang kehidupan dan memaknainya. Seperti yang sudah dijelaskan
dimuka,
organisasi mahasiswa harus bisa berperan dalam menumbuhkan persepsi positif
mahasiswa kepada
institusinya agar dorongan untuk berprestasi dan berkontribusi kepada
almamater dan
bangsa dapat tumbuh subur dikalangan mahasiswa. Organisasi mahaisiswa
adalah bagian
penting dalam menumbuhkan dan melestarikan budaya dan amosfer prestatif di
kampus.
Mulailah dari
Dalam Diri Sendiri
Mulailah
menumbuhkan semangat bepretasi dari dalam diri. Karena semangat kuat untuk
menggapai
prestasi bermula dari dalam diri sendiri, dan itulah yang akan menentukan
apakah
kita akan
mempunyai prestasi atau tidak. Diri sendirilah juga yang akan menggerakan kita
menjadi
mahasiswa yang biasa saja, seperti kebanyakan kita, ataukah akan melejit diatas
ratarata
kita, menjadi
mahasiswa yang punya prestasi. Prioritaskan memperbaiki diri sebelum
memperbaiki
sistem. Perbaikan diri adalah modal untuk memperbaiki sistem. Sistem yang
baik dibuat dan
dijalankan oleh individu yang baik. Semuanya berawal dari pembinaan diri.
Perbaikan diri.
Kapasitas
berbanding lurus dengan kontribusi. Ibarat sebuah gelas, semakin besar ukuran
gelas akan
semakin besar jumlah air yang bisa ia tampung dan berikan. Semakin besar dan
banyak ilmu
seseorang, semakin besar kontribusi dan kemanfaatannya bagi sesama.
Teruslah belajar
dan berkontribusi untuk kejayaan almamater dan bangsa.
HIDUP MAHASISWA!!!
Sumber: www.untirta.ac.id/downlot.php?...ArtikelMotivasiBerprestasiMelaluiOrganisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar